Minggu (18/12), Alfikri mengadakan bakti sosial di Desa Desa Deliksari, berikut profilnya.
Desa Deliksari, merupakan desa yang terletak di RW 06, kelurahan Sukorejo, kecamatan Gunungpati, kota Semarang. Desa Deliksari terdiri dari satu RW dan enam RT, dengan jumlah 215 kepala keluarga dan 694 jiwa. Untuk menemukan lokasi desa deliksari tidak terlalu sulit, jika dari arah sampangan atau jatingaleh, tinggal mengambil jalan arah Unnes. Desa Deliksari terletak satu kilometer setelah jembatan besi di dekat pertigaan yang merupakan titik temu dari arah Jatingaleh atau Sampangan di bagian kanan jalan. Di gapura utama masuk kampung pun sudah diberi tulisan agar tiap orang mudah menemukannya.
Kondisi sosial dan ekonomi di Desa Deliksari bisa dibilang sangat memprihatikan. Walaupun demikian, sebenarnya kondisi di Deliksari sekarang sudah lebih baik dari beberapa tahun yang lalu. Pada saat pertama kali ditempati warga, tingkat kriminalitasnya tinggi. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya pemabuk di desa tersebut. Beberapa pihak pun sudah ikut membantu guna memperbaiki kualitas hidup masyarakat di Deliksari, mulai dari pemerintah, swasta, LSM, lembaga kemanusiaan, dan lembaga-lembaga lainnya, baik dalam bantuan moral maupun berupa fisik.
Jika ditinjau dari segi sosial-agama, sebenarnya kondisi cukup baik, karena 90% penduduknya beragama Islam. Kondisi tersebut sangat membantu menekan angka kriminalitas di Deliksari. “Alhamdullilah, karena 90% warga Deliksari beragama Muslim, saya lebih mudah mengajak mereka ke Masjid untuk beribadah dan mengaji”, kata pak pramono yang merupakan sekretaris RW. Beliau juga mengatakan dengan diajaknya para warga untuk ke masjid, secara tidak langsung mereka akan belajar agama, sehingga angka kriminalitas di Deliksari berkurang. Dari segi sosial-ekonomi, kondisinya bisa dibilang memprihatikan. Sebagian warga Deliksari beramata pencaharian sebagai pengemis. “Untuk mengenali pengemis asal Deliksari cukup mudah. Biasanya ibu-ibu membawa seorang anak, memakai caping. Tersebar di daerah Tembalang bagian atas dan Banyumanik. Sedangkan yang muda, biasanya nongkrong di daerah pasar Mataram”, kata pak pram. Selain pengemis, mata pencaharian yang dominan di Deliksari adalah pemulung. Bisa jadi, sumber daya manusia yang rendah menyebabkan mata pencahariannnya yang dominan di Deliksari adalah pengemis dan pemulung. Bahkan menurut salah satu surat kabar yang penulis baca, sebagian besar warganya tidak tamat sekolah dan banyak yang malas.
Selain kondisi sosial masyarakat yang memprihatikan, kondisi alam dan lingkungan di Deliksari juga tidak kalah memprihatikan. Salah satu yang paling krusial adalah air. Di Deliksari sering terjadi kekeringan air. Mereka biasanya mengandalkan pasokan air dari PDAM tiap bulannya. Jika PDAM terlambat mengirim, biasanya mereka mengandalkan sumber air di Sendang Gayam yang berada di tengah hutan. Walaupun jaraknya tidak begitu jauh, tapi kondisi medan yang naik turun menjadikan medan perjalanan ke Sendang Gayam semakin berat. Kondisi jalan di sana juga tidak begitu baik, hampur semua belum diaspal. Kondisi beberapa wilayah di Deliksari juga rawan longsor, seperti yang terjadi pada awal tahun 2011 lalu, menyebabkan 30 rumah warga rusak. Hingga akhirnya beberapa waktu lalu muncul wacana relokasi dari pemerintah untuk RT 3 dan RT 4 ke wilayah lain yang lebih aman di daerah perbatasan kecamatan Pakintelan.
0 komentar:
Posting Komentar